Langsung ke konten utama

Gagal Ujian - Tidak Lulus Yudisium - Koas - Kuliah kedokteran - Krisis Kepercayaan

Oke, jadi hari ini ceritanya adalah hari yudisium dan hasilnya adalah jreng jreng jreng, tidak lulus. Seperti yang sudah diduga sebelumnya. Yah, meskipun sudah diduga dan udah dikasih tahu sama mas-mas TU kalau jadi salah satu yang tidak lulus tapi tetap berharap ada keajaiban, tapi karena tidak ada keajaiban maka berakhir dengan kecewa dan sedih luar biasa. Kenapa luar biasa? karena hasil ini sukses bikin saya nangis sampai ini mata bengkak. Yeah, the last time mata bengkak karena menangis itu adalah 5 tahun lalu waktu mama harus balik ke Maumere.

Rasanya benar-benar down, kecewa, malu, sedih, marah, semua campur aduk jadi satu. Dan entah kenapa meskipun sudah disuruh jangan keluar, tapi ini air mata tetap keluar. Jadi ya begitulah, benar-benar sudah nangis dari sejak sebelum itu kertas dibuka (kertasnya disteples sebelumnya) sampai setelah kertas dibuka. Setelah lihat yang her apa saja jadi malah makin nangis. Satunya sih sesuai perkiraan, tapi tidak menyangka setengah koass. Yang satu lagi tidak sesuai perkiraan, tapi setelah diingat-ingat yah mungkin saja karena salah satu penguji terkenal banyak tidak meluluskan koass (yah atau mungkin memang sayanya yang bego...)

Kecewa? iya, sangat. Dari tadi nangis karena saking kecewanya. Bahkan langsung sms mama biar jangan telepon karena pasti tambah nangis. Rasanya malu, ke diri sendiri, ke teman-teman yang lulus, ke orang tua terutama. Iya, merasa sangat mengecewakan mereka. Mereka yang sudah berharap banyak, berdoa banyak, keluarkan biaya banyak, rindu mau ketemu mereka punya anak yang satu ini, tapi anaknya malah tidak lulus, buat kuliah tambah lama, buat mereka harus bayar uang her yang juga tidak sedikit. Bayangkan rasanya. Mengenai uang her, lumayan besar, bukan lumayan tapi memang besar apalagi untuk saya yang orang tua cuma PNS daerah (oke, ini harus tetap disyukuri, setidaknya dari pekerjaan ini bapak dan mama masih bisa membiayai hidup anaknya yang sering bikin repot ini). Bahkan teman-teman yang kebanyakan orang tuanya pengusaha pun bilang kalau biaya her ini mahal. terus kalau mereka saja merasa mahal apalagi saya. Rasanya down luar biasa. Tidak mau her, tidak mau lagi mengulang masa-masa koas. Tidak mau waktunya banyak terbuang juga, tidak mau duitnya terbuang juga. Yah terus nanti pasti dijawab makanya belajar baik-baik biar jangan her. Hahahhaha, iya, harusnya waktu ujian tidak usah tidur dari 3 hari sebelum ujian, biar pas ujian sekalian collapse. Kadang bahkan tidak tahu kenapa her, kenapa lulus. ada yang dirasa ujiannya bisa tapi tidak lulus, ada yang dirasa ujiannya tidak bisa tapi malah lulus. Untuk kasusnya saya yang menurut saya ujiannya bisa, malah tidak lulus. Dan itu adalah salah satu faktor kenapa super kecewa.

Salah satu yang juga bikin sedih adalah karena saya banyak berharap dengan keajaiban. iya, keajaiban yang bantu saya untuk lulus bedah, yang benar-benar awalnya bikin takut tidak lulus, justru akhirnya lulus. Yah, saya berdoa, dan saya minta semua orang yang saya kenal untuk berdoa, saya minta mama untuk novena, tapi yah tetap ini hasilnya, dan saya benar-benar berharap dengan keajaiban Tuhan yang ini. Saya bahkan minta kelulusan ini sebagai hadiah natal dan ulang tahun dari Tuhan. tapi ya begitu lah, tidak ada, tidak lulus. Rasanya kecewa, saking kecewa terus langsung sms mama untuk stop praying, God won't listen. stop buat baik, no one care, even God. Iya mama selalu bilang bahwa Tuhan juga melihat usaha kita, Tuhan juga lihat bahwa kita banyak berbuat baik, Tuhan pasti membantu. So yeah, my conclusion is my mother was wrong. Atau mungkin saya yang kurang baik, kurang banyak berdoa, harus benar-benar hidup selibat mungkin. yang pasti saya benar-benar kecewa. Dan mungkin saya bisa menjadi atheis karena ini.hahahhahahha.. oke, kedengarannya gila. tapi iya, ini titik di mana bisa dibilang adalah krisis kepercayaan saya. Titik dimana saya pikir sebanyak apapun saya berdoa tapi tetap mereka yang menentukan. This is what i feel right now. tak tau nanti. 

Sebanyak apa belajar, sebanyak apa berusaha, yang dilihat cuma ketika ujian akhir. Attitude hanya menentukan apakah masih ada kemungkinan lulus atau tidak. Kalau attitude jelek yah pasti tidak lulus. tapi yah selama attitude jeleknya tertutupi yah tetap bisa lulus. Pas tau harus her rasanya benar-benar campur aduk, tapi tetap semuanya adalah negative feelings. Tak kepikiran yang lain. Cuma bisa menangis. Iya, nangis dari tadi pulang kampus ada 2 jam, terus diam sendiri, habis itu buka hp, beberapa teman berusaha menyemangati, makin sedih, jadi nangis lagi. ya gimana mata tak bengkak. Beberapa teman itu juga her, dan mereka masih bisa menyemangati saya. dan di sini saya merasa sangat egois, tapi ya tetap tidak bisa menghilangkan rasa sedih karena tidak lulus. Apalagi karena merasa yang tidak lulus itu harusnya bisa lulus. pas ditanya memangnya kenapa kira-kira bisa tidak lulus. sejujurnya saya pun tak tahu. karena kebanyakan setiap kali habis ujian itu kayak masuk labirin keluarnya tetap pusing, tidak dikasih jawaban, entah salah atau benar.

Memikirkan harus mengulang her itu sesuatu, bahkan salah satu stase yang tidak lulus adalah setengah koass, berarti kembali jaga malam. Rasanya itu sesuatu, sesuatu yang mungkin teman-teman lain juga tau rasanya. Kata salah satu teman yang sudah melewati her, "her itu tidak seburuk itu kok setelah dilewati", iya, tapi saat ini saya rasa itu adalah yang terburuk. Her yang berarti makin telat ikut UKMPPD, lulus makin lama, dan harus bayar lagi. seperti yang tadi saya bilang, her itu mahal. Uang tidak dipetik dari pohon. dan tidak semua mahasiswa orangtuanya pengusaha atau dokter dengan penghasilan 20juta/bulan atau lebih. Rasanya kasih kabar jelek plus minta duit tambahan untuk her itu bikin sesak sendiri, iya, itu yang saya rasa.

Akhirnya setelah mati-matian saya tidak mau ditelepon, mama akhirnya telepon juga, mau tak mau tetap diangkat, sesuai dugaan nangis lagi. rasanya menyedihkan. tapi justru bapa dan mama yang menguatkan. Punya orang tua seoptimis ini, anaknya malah nangis-nangis gak karuan, berantakin kamar gak jelas, gambar2 dicabut semua. Iya, i feel so useless. Sedih, kecewa, merasa sangat buruk. Tapi dengan tenang nya bapa dan mama menenangkan, dan mungkin karena mama juga sudah berpengalaman jadi pengajar, mama tetap berusaha membesarkan hati saya. Suruh keluar, jalan-jalan, makan, karena meskipun tanpa dikasih tahu, pasti mereka tahu anaknya yang satu ini seharian cuma nangis di kamar gelap-gelapan. Iya, because i feel so stressed.

My parents is my strength. They are the reason why i didn.t end my life eventhought that thought came and came again today. Iya, habis nangis berjam-jam, terus merasa useless, ingin mengakhiri hidup, tapi pengen ngasih sesuatu dulu ke orang tua, gak mau mati sia-sia, akhirnya nyari cara buat jual ginjal, ternyata gak nemu di internet dan sepertinya terlalu beresiko, bukan mati malah masuk penjara. tapi tetap sedih, akhirnya browsing cara buat suicide tapi ternyata suicide benar-benar harus pakai niat, kalau tidak mati malah risiko cacat otak. Kalau bunuh diri juga dosanya besar (wait, sedang krisis kepercayaan, jadi tak terlalu kepikiran tentang ini). Eh terus malah bikin orang tua tambah sedih, ditambah malu. Udah useless karena gagal ujian, tambah useless dan bakal jadi beban seumur hidup kalau do suicide. Bahkan setelah diingat-ingat dalam perjanjian beasiswa kalau bunuh diri maka harus mengganti semua biaya yang sudah keluar untuk kuliah, it means i will make my parents pay almost 500millions. Mau jadi anak macam apa saya kalau saya benar-benar melakukannya. Oke, jadi saya tetap tidak jadi melakukannya.

About my belief, i used to believe in God so much, that's why i felt so dissapointed. I really really put so much hope for His miracle, but yeah, i m not lucky enough. Dulu beberapa kali kalau membawa renungan, saya sering membawakan tentang doa. Tuhan akan menjawab doa kita dengan "yes, this is for u", atau "no, i have better plan", atau "not yet my child", iya, dan harsunya saya percaya ini. Sebagian hati kecil bilang untuk tetap percaya ke Tuhan, dan sebagian lagi bilang "kamu sudah lihat hasil doamu dan novena ibumu". Iya, sebagian hati kecil itu lagi protes ke Tuhan. Putar-putar lagi ke belakang, mikir-mikir lagi, apa karena saya kurang berdoa ya, apa karena saya jahat ke orang ya? tapi kyaknya tidak deh, yang lain juga begitu. apa kalau begitu tak ada gunanya saya berdoa dan baik ke orang yang kadang bahkan saya tak kenal, yah mungkin karena ini, ada harapan dibaliknya. Sebagian hati masih ingin percaya, dan sebagian masih protes, bahkan sudah ada ancang-ancang tak usah ke gereja ini minggu. Iya, sepertinya iman saya bahkan lebih kecil dari satu sel epitel. Tapi iya, mungkin saat ini sedang krisis kepercayaan dan saya sedang marah. Marah dengan kenyataan tidak lulus. Semoga tidak memburuk ke arah yang lebih buruk lagi.

Dan kenapa saya tak mau her? saya sudah melakukannya 2 tahun. saya tidak mau nambah, tapi inilah yang terjadi. harus nambah, yang artinya ujian-ujian ke depannya juga makin terlambat. Stress, bahkan kalau fase angry nya tidak bisa sampai ke tahap acceptance dan menetap di depression, saya takut jadi benar-benar depression. Yah, merasa useless tapi juga angry, at the same time feel sad. Ada tidak ya koass yang jadi gila karena masa koass atau karena tidak lulus ujian? Sejujurnya koass itu bukan sesuatu masa yang ingin saya ulangi meskipun harus diakui ada siklus-siklus atau saat-saat dimana koass itu sebenarnya menyenangkan dan lucu kalau diingat (kebanyakan masa-masa stase senior di luar). Tapi ini bukan periode yang tepat untuk mengingat saat-saat itu. tidak ada koass yang mau mengulang masa koassnya. sedih tidak lulus, tapi mau bagaimana lagi. sudah terjadi. Sejujurnya juga agak menyesal memilih jalan ini, iya, untuk kesekian kalinya menyesal. kemarin-kemarin akhirnya menemukan alasan untuk tidak menyesal. tapi saat ini yang bisa saya rasakan cuma sedih dan regret. Masih ingat sekali dulu pas masuk, ada senior yang bilang, masuk di kampus ini itu gampang masuknya, susah buat keluar. I feel it now. Susah buat lulus. At least kalau kampus lain bisa langsung tahu lulus atau tidak, dan katanya sih pengujinya baik-baik jadi biasanya bisa lulus, juga bakal diusahain biar bisa lulus.  Nah saya, boro-boro..... Bahkan masih gak tau gak lulus kenapa :(

iya. sejujurnya ini jalan yang susah, masih menyesal mengambil jalan ini. dan sepertinya saya butuh psikiater, sayangnya sewa psikiater mahal. So i postpone this idea, mungkin nanti saat saya sudah punya cukup uang, saya akan konsultasi ke psikiater dan minta obat penenang. Sedih iya, merasa tidak sanggup kalau harus melewati masa-masa jaga malam itu, masa-masa menjadi keset, masa-masa tidak bisa apa-apa, masa-masa belajar sambil jaga, masa-masa ritual pagi harus tertunda. iya, saya sudah koass 2 tahun lamanya, dan harus ulang lagi, rasanya sedih, kecewa, marah, semua jadi satu. Satu-satunya pikiran baik yang bisa saya pikirkan adalah, oke, itu cuma dua stase, harus banyak-banyak sabar. iya, tapi tetap sedih. tetap kecewa.

Oh iya, tadi sebelum pembagian kertas, sudah diingatkan untuk tidak menulis apapun di social media. jadi ya cuma bisa cerita ke sini. waitt, ini social media bukan? tak tahu lah. Mungkin selama bukan nulis di fb atau instagram masih diterima. Saya masih kecewa, masih sedih, masih stress, tapi setelah menulis ini rasanya agak sedikit berkurang. tinggal menunggu mata yang bengkak ini mereda. Capek juga menangis. Yang pasti sekarang agak malu keluar dari kamar. Ini mata tidak bisa diajak kompromi. Oh iya, postingan kali ini tidak ada tips dan trik untuk menghadapi hasil yudisium atau ujian. Ini hanyalah secuil curhat dari salah seorang koass yang tidak lulus yudisium dan harus mengulang dan harus terlambat ikut UKMPPD dan ditambah harus tambah bayar her.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SANTA PRISCILLA (16 Januari)                               Santa Priscilla adalah seorang gadis Romawi, yang dikenal juga dengan nama Santa Prisca. Ia adalah salah satu pendiri katakombe tertua di Roma, yakni Katakombe Santa Priscilla, di jalan Salaria, Roma. Santa Priscilla adalah istri dari Mainus Acilius Glabrio, yang meninggal dunia karena teguh mempertahankan imannya pada masa penganiayaan terhadap kaisar Domitianus (81-96). Menurut cerita, Santo Petrus pernah menggunakan rumah Priscila di jalan Salaria sebagai markasnya. Dibawah rumah itu, digali katakombe - katakombe. Santo Pundens dianggap sebagai putera dari Priscila. Priscila meninggal pada tahun 98.   Di Gereja Katakombe St. Priscilla di Roma  di tampilkan sebuah lukisanfresco abad ke-2 yang menggambarkan   Nativity of Christ   atau Kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus. Lukisan ini menjadi salah satu asal-usul perayaan Natal. Priscilla dan Aquila adalah pasangan Yahudi yang diusir meninggalkan Roma ol

Lingkar Kepala dan Ukuran Fontanel Bayi

1.        Berapa cepat pertambahan lingkar kepala pada bayi? 2.        Bagaimana anatomi ubun-ubun besar dan kecil? 3.        Berapa ukuran fontanel normal? Jawab 1.        Lingkar kepala rata-rata 33-35,5 cm (13-14 inci), tetapi waktu lahir bisa lebih kecil untuk menyesuaikan jika kelahiran terjadi pervaginam. Biasanya hari kedua atau tiga ukuran sudah kembali normal. 6 bulan pertama lingkar kepala bertambah 1,5cm/bulan. 6 bulan berikutnya menurun jadi 0,5cm/bulan. Ukuran rata-rata 43cm pada 6 bulan pertama, dan 46 cm pada usia 12 bulan. Pada usia 1 tahun, ukuran kepala telah meningkat sampai 33%. Fontanel posterior menutup pada usia 6-8 minggu, sedangkan fontanel anterior menutup pada usia 12-18 bulan (rata-rata pada usia 14 bulan). Berat otak bertambah sekitar dua setengah kalinya pada akhir tahun pertama. Ditandai dengan reflek volunter. Lingkar kepala diukur tiap bulan pada tahun pertama, per tiga bulan pada tahun kedua, dan perenam bulan pada tahun ke 3-5. Grafik

Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Dalam suatu penelitian, setelah menentukan hipotesis, peneliti akan menentukan subyek yang harus diteliti. Subyek yang diteliti biasanya merupakan suatu populasi. Populasi adalah keseluruhan atau himpunan obyek dengan ciri yang sama. Populasi yang diteliti biasanya dalam jumlah yang besar, sehingga data yang diambil biasanya bukanlah kesuluruhan dari populasi melainkan hanya sebagian dari populasi yang disebut sampel. Misalnya sesendok sayur dianalogikan sebagai sampel untuk dicoba, sedangkan sepanci sayur yang sama dianalogikan sebagai populasi. Penelitian dengan menggunakan sampel biasa digunakan untuk menghemat waktu, dana, dan biaya penelitian. Sampel yang diambil haruslah sedapat mungkin mewakili populasi yang ingin diteliti / representatif. Untuk mendapatkan sampel yang representatif maka dibutuhkan teknik atau cara-cara tertentu agar data yang didapat sesuai dengan tujuan penelitian. Pengambilan sampel untuk penelitian disebut sampling. Teknik sampling yang tidak baik dapat