Dalam suatu penelitian, setelah
menentukan hipotesis, peneliti akan menentukan subyek yang harus diteliti. Subyek
yang diteliti biasanya merupakan suatu populasi. Populasi adalah keseluruhan
atau himpunan obyek dengan ciri yang sama. Populasi yang diteliti biasanya
dalam jumlah yang besar, sehingga data yang diambil biasanya bukanlah
kesuluruhan dari populasi melainkan hanya sebagian dari populasi yang disebut
sampel. Misalnya sesendok sayur dianalogikan sebagai sampel untuk dicoba,
sedangkan sepanci sayur yang sama dianalogikan sebagai populasi. Penelitian
dengan menggunakan sampel biasa digunakan untuk menghemat waktu, dana, dan
biaya penelitian.
Sampel yang
diambil haruslah sedapat mungkin mewakili populasi yang ingin diteliti / representatif.
Untuk mendapatkan sampel yang representatif maka dibutuhkan teknik atau
cara-cara tertentu agar data yang didapat sesuai dengan tujuan penelitian.
Pengambilan sampel untuk penelitian disebut sampling. Teknik sampling yang
tidak baik dapat mempengaruhi validitas data, terutama validitas eksternal data
karena akan menentukan seberapa besar data tersebut dapat digeneralisasi dan menyebabkan
terjadinya kesalahan dalam kesimpulan hasil penelitian.
a.
Jenis-jenis
Sampel
Pada umumnya hanya ada dua jenis sampel, yaitu
sampel-sampel probabilitas (probability
samples/random sample) dan sampel-sampel nonprobabilitas (non probability samples/non random
samples). Probability berarti berhubungan dengan kemungkinan populasi yang
di ambil menjadi sampel sedangkan random
berhubungan dengan bagaimana sampel akan diambil nantinya. Pada sampel-sampel
probabilitas, setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi
sampel karena dilakukan secara acak. Sedangkan pada sampel-sampel
nonprobabilitas, kesempatan yang didapat individu untuk menjadi sampel tidak
sama karena tidak dilakukan acak.
b.
Cara Pengambilan
Sampel
Untuk mendapatkan
masing-masing jenis sampel dibutuhkan teknik sampling yang berbeda.
1.
Random Sampling
Pengambilan
sampel dengan menggunakan teknik random sampling dilakukan secara acak. Teknik
ini menggunakan asumsi pemakaian metode statistik inferensial atau induksi
sehingga hanya bisa digunakan jika anggota populasi bersifat homogen atau
diasumsikan homogen. Teknik ini dapat dibedakan menjadi:
a. Pengambilan sampel secara acak
sederhana (Simple Random Sampling)
Hakikat metode ini adalah setiap anggota individu populasi
homogen memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Sehingga apabila
besarnya sampel berbeda maka besarnya kesempatan individu juga berbeda. Teknik
ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengundi anggota populasi (lottery
technique) dan dengan menggunakan tabel bilangan atau angka random (random
number) yang dapat dilihat di buku statistik. Keuntungan teknik in adalah harga
rata-rata sampel merupakan estimator rata-rata populasi yang tidak bias dan
pelaksanaannya mudah. Kelemahannya, sampel dapat menyebar pada jarak yang jauh
atau juga sebaliknya akan mengumpul pada area tertentu.
b. Pengambilan sampel secara acak
Sistematis (Systematic Random Sampling)
Teknik ini merupakan modifikasi dari Simple Random Sampling dan digunakan untuk populasi yang dianggap
homogen dan telah tersedia daftar dan nomor urut setiap unit populasi.
Pengambilan sampel pertama menggunakan simple
random sampling, sedangkan pengambilan sampel kedua dan seterusnya ditentukan
secara sistematis dengan meloncat data (interval sampel). Misalnya akan diambil
30 unit sampel dari 120 unit, maka interval sampel adalah 120/3 = 4. Jika
sampel pertama jatuh pada nomor urut 11, maka sampel selanjutnya adalah nomor
urut 15,19,23, dst. Keuntungan dan kelemahannya sama dengan sample random
sampling.
c. Pengambilan sampel secara acak
Stratifikasi (Stratified Random Sampling)
Metode ini digunakan jika unit data memiliki karateristik
yang heterogen, maka perlu dicari lapisan/strata karakteristik umum dari tiap
anggota populasi. Jika jumlah unit tiap strata sama maka digunakan metode
simple stratified random sampling. Jika jumlah unit tiap strata berbeda maka
digunakan metode proposional stratified random sampling. Misalnya populasi
penelitian adalah siswa SD kelas 5 di SD X. Berdasarkan pendataan dari sekolah
sebanyak 250 siswa. Berdasarkan perhitungan statistik, sampel yang dianggap
representatif adalah 60 orang siswa. Cara pengambilan sampel berdasarkan strata
tingkat penghasilan orang tua, yakni: penghasilan rendah, menengah dan tinggi.
Maka sampel akan diambil masing-masing strata 20. Keuntungan metode ini adalah
presisi dari sampel bisa meningkat dan pelaksanaannya relatif mudah.
Kelemahannya adalah sampel dapat menyebar dengan jarak yang jauh dan dibutuhkan
daftar unit sekaligus stratanya.
d. Pengambilan sampel secara Kelompok
atau Gugus (Cluster Sampling)
Pada teknik ini digunakan populasi yang heterogen. Pada
populasi terdiri dari beberapa cluster/area yang didalamnya mengandung unit
populasi yang heterogen. Peneliti tidak mendaftar semua angota atau unit yang
ada dalam populasi, tetapi cukup mendaftar banyaknya gugus dalam populasi,
kemudian mengambil sampel dari gugus-gugus tersebut. Misalnya peneliti akan
meneliti di Kecamatan X yang terdiri dari 12 kelurahan, maka peneliti hanya
mengambil sampel dari 3 kelurahan di kecamatan itu secara acak. Keuntungan
metode ini adalah penyebaran populasi dapat dihindari, tidak diperlukan daftar
dari seluruh unit populasi tetapi cukup daftar unit populasi dalam cluster yang
terpilih. Kelemahannya adalah sulit diperoleh cluster yang heterogenitasnnya
benar-benar sama, sehingga sampel yang diperoleh merupakan estimator kasar
untuk populasi.
e. Pengambilan sampel secara Gugus
Bertahap (Multistage Sampling)
Metode ini
merupakan kombinasi berbagai metode sebelumnya, dengan urutan yang bervariasi.
Pengambilan sampel dilakukan dilakukan berdasarkan tingkat wilayah secara
bertahap sehingga lebih mungkin dilaksanakan jika populasi terdiri dari
berbagai macam tingkatan wilayah. Wilayah tersebut dibagi menjadi subwilayah yang
lebih kecil, subwilayah tersebut dibagi lagi menjadi lebih kecil, begitu
seterusnya hingga subwilayah terkecil sehingga peneliti dapat memilih sampel
dari subwilayah tersebut. Misalnya sebuah kabupaten dipilih beberapa kecamatan
sebagai sampel. Dari sampel kecamatan dipilih beberapa kelurahan sebagai
sampel, kemudian dari sampel tersebut dipilih lagi beberapa RW sebagai sampel.
Dari sampel RW tersebut dipilih lagi yang lebih kecil yaitu RT sebagai sampel,
maka sampelnya adalah sebagian atau semua warga di RT tersebut.
2.
Non Random Sampling
Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik non random
sampling dilakukan tidak secara acak dan tidak didasarkan atas kemungkinan yang
dapat dihitung. Jika menggunakan teknik ini maka penggunaan statistik
inferensial atau induksi bisa jadi tidak valid. Teknik ini dapat dibedakan
menjadi:
a. Purposive Sampling
Pada metode ini, peneliti mengambil
sampel dengan pertimbangan tertentu, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi
yang sudah diketahui sebelumnya, maka peneliti perlu mengidentifikasi dulu
semua karakteristik populasi. Teknik ini sangat cocok digunakan untuk desain
penelitian study kasus (case study),
di mana banyak aspek dari kasus tunggal yang dapat diamati. Misalnya penelitian
bertujuan untuk mengetahui pengaruh merokok di kalangan siswa SMA dengan
prestasi belajar di sekolah, maka sampel terbatas pada siswa SMA yang merokok
saja.
b. Quota Sampling
Teknik ini dilakukan dengan cara
menetapkan sejumlah anggota sampel secara quotum
atau jatah. Dasar untuk mengambil unit sampel tergantung pada berapa besar
jumlah sampel yang telah ditentukan. Anggota populasi mana yang menjadi sampel
tidak terlalu dipersoalkan asalkan sudah memenuhi quota yang diinginkan.
c. Accidental Sampling
Pada metode ini pengambilan sampel
dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada di tempat
yang telah disesuaikan dengan konteks penelitian. Perbedaannya dengan purposive sampling adalah pada metode
ini sampel yang diambil berasal dari responden yang memang kebetulan berada di suatu
tempat pada keadaan tertentu, tanpa sebelumnya diketahui oleh peneliti. Sedangkan
pada purposive peneliti memilih
sendiri kasus atau respondennya.
c.
Menghitung
Jumlah Sampel
Pada
dasarnya jumlah atau besar sample (sample
size) digunakan untuk menentukan jumlah sampel replikasi yang akan
dilakukan oleh peneliti. Untuk menetapkan besar sampel tergantung pada dua hal,
yaitu adanya sumber-sumber yang dapat digunakan sebagai batas maksimal dari besarnya
sampel dan kebutuhan dan rencana analisis yang menentukan batas minimal dari
besarnya sampel.
1. Jumlah Sampel untuk Estimasi Proporsi
Ada 3 hal yang terlebih dahulu perlu
diketahui sebelum menghitung jumlah sampel, yakni, a. Perkiraan proporsi untuk
sifat tertentu yang terjadi dalam populasi. Apabila tidak diketahui proporsi
atau sifat tertentu tersebut, maka P (proporsi = 0,50 atau 50%) b. Presisi adalah
derajat ketepatan yang diinginkan, berarti penyimpangan terhadap populasi,
biasnya 0,05 (5%) atau 0,10 (10%) dan c. Derajat kepercayaan
n = besar sampel
Z 1-a/2 = nilai Z pada derajat
kemaknaan (biasanya 95% = 1,96)
P =
proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi, bila tidak diketahui proporsinya,
ditetapkan 50% (0,50)
d = derajat
penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan: 10% (0,10), 5%(0,05) atau 1%
(0,01)
Contoh:
Tujuan: mengetahui
prevalensi gizi buruk gizi buruk pada Balita di Kecamatan Sawangan
Diketahui : a)
Perkiraan proporsi (p=0,15), b) Presisi (d=0,05), c) Derajat kepercayaan 95%
(Z1-X/2 = 1,96)
2. Jumlah Sampel untuk
Estimasi Rata-rata
Untuk menghitung besar
sampel, peneliti perlu mengetahui: perkiraan varians (kuadrat dari Standar
Deviasi), presisi, dan derajat kepercaan
Contoh
Sebuah
penelitian bertujuan untuk mengetahui rata-rata berat badan anak Balita di
Kecamatan Cimanggis, dengan ketentuan: BB rata-rata anak balita 12,5 kg, standar
Deviasi 6 kg (Q), derajat Kepercayaan 95% (1,9), dan simpangan maksimum dari
rata-rata 1 kg (d=1)
3.
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Dibutuhkan kriteria inklusi dan ekslusi
agar karakteristik sampel tidak menyimpang. Kriteria inklusi adalah kriteria
yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagi
sampel. Sedangkan kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak
dapat digunakan sebagai sampel.
Daftar Pustaka
1. Notoatmodjo,
Soekidjo. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rinerka Cipta.
2. Santoso,
Gempur. 2005. Fundamental: Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
3. Pratiknya,
Ahmad W. 2000. Dasar-dasar metodologi penelitian & kesehatan. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
maaf, saya mau bertanya ...
BalasHapusuntuk besarnya presisi itu apa selalu 10% (0,10), 5%(0,05) atau 1% (0,01) ?
ketika saya mau mencari bsarny sampel, saya bingung karna presisiny tidak ada ..
kemudian saya menemukan tlisan ini ..
klo saya jga mau bertnya apakah ada alasannya / dasarnya knpa presisiny d ambil 10% (0,10), 5%(0,05) atau 1% (0,01) ?
trima kasih sbelumny
maaf baru dibalas komentnya,, nilai presisi itu setau sya ditentukan sendiri oleh peneliti. dari nilai presisi akan diperoleh confidence interval nya. jika presisinya 5 %, berarti confdence interval (interval kepercayaan/ derajat kepercayaan) 95%, dari sini peneliti bisa menentukan nilai CI 95% itu, 1,96, ada tabelnya sih. makin besar derajat kepercayaan yang diinginkan peneliti biasanya sampel yang dibutuhkan lebih banyak.. nah kalo presisinya 10%, bearti 10% dari data kurang representatif..kira2 begitu..semoga bisa menjawab, maaf kalau kurang memuaskan..hehehhehh
BalasHapusObat herbal Dr. imoloa yang hebat adalah obat penyembuhan yang sempurna untuk Virus HIV, saya mendiagnosis HIV selama 8 tahun, dan setiap hari saya selalu mencari penelitian untuk mencari cara sempurna untuk menghilangkan penyakit mengerikan ini karena saya selalu tahu bahwa apa yang kita butuhkan karena kesehatan kita ada di bumi. Jadi, pada pencarian saya di internet saya melihat beberapa kesaksian berbeda tentang bagaimana Dr. imoloa dapat menyembuhkan HIV dengan obat herbal yang kuat. Saya memutuskan untuk menghubungi pria ini, saya menghubunginya untuk obat herbal yang saya terima melalui layanan kurir DHL. Dan dia membimbing saya bagaimana caranya. Saya memintanya untuk solusi minum obat herbal selama dua minggu. dan kemudian dia menginstruksikan saya untuk pergi memeriksa yang saya lakukan. lihatlah aku (HIV NEGATIF). Terima kasih Tuhan untuk dr imoloa telah menggunakan obat herbal yang kuat untuk menyembuhkanku. ia juga memiliki obat untuk penyakit seperti: penyakit parkison, kanker vagina, epilepsi, Gangguan Kecemasan, Penyakit Autoimun, Nyeri Punggung, Keseleo, Gangguan Bipolar, Tumor Otak, Ganas, Bruxisme, Bulimia, Penyakit Disk Serviks, Penyakit Kardiovaskular, Penyakit Kardiovaskular, Neoplasma, kronis penyakit pernapasan, gangguan mental dan perilaku, Cystic Fibrosis, Hipertensi, Diabetes, asma, radang sendi yang dimediasi autoimun yang dimediasi. penyakit ginjal kronis, penyakit radang sendi, sakit punggung, impotensi, spektrum alkohol feta, Gangguan Dysthymic, Eksim, kanker kulit, TBC, Sindrom Kelelahan Kronis, sembelit, penyakit radang usus, kanker tulang, kanker paru-paru, sariawan, kanker mulut, tubuh nyeri, demam, hepatitis ABC, sifilis, diare, Penyakit Huntington, jerawat punggung, gagal ginjal kronis, penyakit addison, Penyakit Kronis, Penyakit Crohn, Cystic Fibrosis, Fibromyalgia, Penyakit Radang Usus Besar, penyakit kuku jamur, Penyakit Kelumpuhan, penyakit Celia, Limfoma , Depresi Besar, Melanoma Ganas, Mania, Melorheostosis, Penyakit Meniere, Mucopolysaccharidosis, Multiple Sclerosis, Distrofi Otot, Rheumatoid Arthritis, Penyakit Alzheimer, email- drimolaherbalmademedicine@gmail.com / hubungi atau {whatssapp ..... +2347081986098. }
BalasHapus