Blok IV – Humaniora (MAC 102)
Makalah Filsafat Budaya
“Konsep Tubuh Ideal yang Salah Sebagai Penyebab
Anorexia Nervosa Remaja”
Dosen Pembimbing: Yeremias Jena, M. Hum, M. Sc
Oleh:
Pricilia Donna Esperansa Sea
(2012-060-106)
Fakultas Kedokteran
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Jakarta
2012/2013
KONSEP TUBUH IDEAL YANG SALAH SEBAGAI
PENYEBAB
ANOREXIA NERVOSA REMAJA
Pendahuluan
Thomas Aquino
merumuskan keindahan sebagai “id quod visum placet“ (that which
pleased upon being seen atau sesuatu yang menyenangkan ketika dilihat). Yang
menyenangkan untuk dilihat adalah yang serasi dan seimbang atau ideal. Maka
tubuh ideal adalah salah satu bentuk dari keindahan. Apabila Pria dianggap sebagai lambang kekuatan,
maka wanita sering diidetikkan dengan keindahan. Sebagian besar wanita memahami kodratnya ini
sehingga tak heran para wanita berlomba-lomba untuk mendapatkan tubuh ideal.
Tetapi konsep tubuh ideal ini agak samar-samar dan tidak ada batas jelasnya.
The Thin Ideal adalah konsep dari
wanita langsing yang ideal. Persepsi umum keidealan ini adalah wanita langsing
dengan pinggang kecil dan sangat sedikit lemak. Hal ini dikarenakan salah satu
ukuran cantik selain hidung yang mancung dan kulit putih adalah tubuh yang
langsing dan tinggi. Konsepsi ini muncul dari banyaknya iklan-iklan di tv yang
menjadikan wanita dengan kriteria tersebut sebagai modelnya. Akhirnya setiap
wanita ingin menjadi seperti itu. Padahal gambaran seperti ini muncul karena
model–model yang digunakan dalam iklan tersebut memang berasal dari barat,
sehingga sangat wajar jika mereka memiliki kulit yang putih, dan tubuh tinggi
semampai.
Sedangkan kebudayaan dan masyarakat punya persepsi masing-masing tentang
tubuh ideal. Masyarakat Afrika Selatan menganut semboyan “big is better”.
Menurut mereka wanita yang ideal adalah yang gemuk karena menunjukkan
kemakmuran seseorang. Bahkan meskipun sekarang setelah kebudayaan barat sudah
mulai masuk pun, sebagian masyarakat Afrika masih mempertahankan slogan ini
dengan mengadakan kontes “Miss Fat South African”. Sedangkan di Prancis, wanita
ideal adalah wanita yang langsing, anggun, cantik, dan berkelas.
Di Amerika gambaran tubuh ideal mengalami perubahan dari abad ke 18
hingga sekarang dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan politik, Cohen (2001).
Gambaran tubuh ideal wanita Amerika di abad 21 ini adalah tubuh kurus bak seorang model. Lihat saja
dari banyaknya film maupun iklan-iklan produk-produk Amerika yang menjadikan
wanita-wanita kurus sebagai modelnya. Gambaran seperti inilah yang akhirnya
mulai menjamur di kalangan wanita-wanita di seluruh dunia seiring dengan
semakin meluasnya efek globalisasi.
Di Indonesia sendiri konsep tubuh ideal saat ini telah dipengaruhi oleh
masuknya kebudayaan Eropa dan Amerika, yaitu langsing dan berkulit putih.
Padahal jika dilihat dari sejarah, buku maupun film-film yang mengambil setting
tahun 1950-1980an, tubuh wanita Indonesia umumnya pendek dan berisi.
Media, masyarakat, dan kebudayaan memiliki peran dalam membentuk
pandangan wanita tentang citra tubuh mereka. Grogan
(1999) menyatakan bahwa citra tubuh merupakan persepsi, pikiran, dan perasaan
seseorang terhadap tubuhnya. Pandangan ini dapat bersifat positif dan negatif. Citra
tubuh akan ikut membentuk kepribadian seseorang. Wanita yang memiliki pandangan
yang memandang positif tubuhnya akan memperlakukan tubuhnya dengan lebih baik.
Mereka akan lebih menghargai tubuhnya, memiliki percaya diri dan mudah bergaul.
Sedangkan wanita yang memandang negatif tubuhnya akan susah menerima tubuhnya
dan tidak menghargai tubuhnya. Mereka akan berusaha keras mengubah tubuhnya
sesuai dengan gambaran tubuh ideal yang ada dalam masyarakat. Mereka akan lebih
mudah marah dan tersinggung, menganggap diri rendah dan apabila terlalu ditekan
mereka akan mengalami depresi. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pola makan
seperti Anorexia dan Bulimia.
Menurut Renfrew Center Foundation for Eating
Disorders (2003), lebih dari 24 juta orang dari segala umur dan jenis kelamin
mengalami gangguan pola makan di Amerika Serikat. Pada umumnya penderita gangguan pola makan ini adalah para remaja.
Faktanya adalah perkembangan konsep diri pada remaja sangat dipengaruhi oleh
hubungan dengan orang-orang di sekitarnya (Breckenridge and Vincent, 1963).
Remaja Amerika umumnya mengalami gangguan makan akibat adanya trauma psikologis
maupun tekanan di lingkungan sekolahnya. Kasus bullyng yang sering terjadi di
sekolah-sekolah di Amerika dapat menjadi salah satu penyebab munculnya gangguan
pola makan.
Gangguan pola makan ini akan menyebabkan
penderitanya mengalami malnutrisi dan
akhirnya mengakibatkan kematian. Meskipun beberapa pasien bisa sembuh tetapi
mereka tetap memiliki risiko komplikasi dan 20% di antaranya akan lebih cepat
meninggal daripada rekan – rekannya (National Association of Anorexia Nervosa and Associated Disorders, 2011). Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa seorang
penderita Anorexia dapat mengalami masalah pada gigi, system endokrin,
ginekologi, system syaraf, dan self-injurious behavior (SIB). Mereka juga
rentan mengalami penyakit lambung, dan pelaggra. Kematian akibat Anorexia
merupakan dampak akhir dari adanya komplikasi yang dialami oleh penderita
Anorexia.
Di Indonesia memang belum banyak dilakukan
penelitian tentang Anorexia pada remaja. Akan tetapi beberapa studi kuantitatif
menunjukan ada nya hubungan antara self body image dan gangguan makan pada
remaja. Penelitian oleh Kartika (2010) pada remaja kelas X dan XI di sebuah SMA
di Seamarang menunjukkan ada hubungan antara self body image dan gangguan
makan. Sebagian
besar (87,1 %) remaja putri belum menjalankan perilaku makan yang baik, 12,9 %
sudah menjalankan perilaku makan yang baik. Perilaku ini karena ketidakpuasan
atas bentuk tubuh mereka. Penelitian lain yang dilakukan oleh Tantiani (2007),
menunjukkan bahwa 34,8 % remaja Jakarta mengalami gangguan perilaku makan
dengan 11, 6% merupakan penderita Anorexia. Sedangkan Ai Nurhayanti dalam
artikelnya “Status, Kebiasaan dan Gangguan Makan pada Remaja Sekolah Favorit
dan Non-favorit di Bogor”, beberapa siswi mengalami gangguan perilaku makan.
Bagaimanapun remaja merupakan korban yang sangat rentan terkena Anorexia. Agar
bisa dicegah, para remaja harus memiliki pengetahuan tentang penyakit ini dan
menanamkan citra diri yang positif dalam diri mereka.
Pembahasan
Anorexia Nervosa merupakan salah satu
penyakit berbahaya yang rentan di derita oleh remaja. Para penderita Anorexia
tidak menolak untuk makan dan melakukan olahraga keras untuk menurunkan berat
badan mereka. Mereka tidak dapat menerima tubuh sendiri dan berusaha
merubahnya. Padahal untuk mendapatkan tubuh yang ideal tidak bisa dilakukan
dalam waktu singkat. Lagipula yang penting tubuh ideal adalah tubuh yang sehat.
Tapi para remaja cenderung mengambil model tubuh kurus sebagai tubuh ideal.
Konsep tubuh ini tidak lain berasal dari media yang secara tidak langsung ikut
mengkampanyekan diet dan tubuh kurus dalam setiap iklannya. Ketika remaja tidak
bisa menerima tubuhnya dan mengalami tekanan maka akan timbul gangguan perilaku
makan yaitu Anorexia Nervosa. Ketiga artikel dalam makalah saya ini akan
menunjukkan adanya hubungan antara body image sebagai penyebab Anorexia Nervosa
pada remaja.
1. “The Other Side of
Well-being – What Makes a Young Woman Become an Anorectic?”(1)
Penghargaan atas kecantikaan dan kelangsingan merupakan ciri khas
kebudayaan barat di awal abad ke 21. Wanita diidetikan dengan langsing dan
tinggi. Model ini lalu disebarkankan melalui media-media seperti televisi,
majalah, dan iklan-iklan. Menjadi langsing dan tinggi seperti menjadi sebuah
keharusan. Diet sebagai sebuah kata ada di bibir setiap orang dan itu
muncul khusunya untuk masyarakat di mana
terlalu banyak makan dan sedikit olahraga.
(Bordo, 1993; Fay & Price, 1994.) Dalam
diri para penderita Anorexia tertanam prinsip: “Anda menjadi sesuatu hanya jika
anda kurus dan memiliki ukuran sangat kecil”. Anorexia adalah penyakit serius
yang sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian. Penyakit ini sudah
lama ada, tetapi baru terkenal di tahun 1990-an ketika sebagian besar public
figure diketahui mengalami sakit parah karena Anorexia.
Masyarakat umum
mengagungkan kelangsingan/slimmness dan menghubungkannya dengan seksualitas.
Tanpa tubuh yang kurus langsing, seseorang dianggap tidak menggairahkan dan
tidak bisa sukses. Meskipun begitu belum ada faktor fundamental penyebab
Anorexia, karena banyak factor yang dapat menyebabkan Anorexia.
Perilaku dalam mengahadapi
makanan sudah menjadi topic yang umum dibicarakan. Misalnya tentang rekomendasi
pengaturan nutrisi dan pola makan di Finlandia pada abad ke-20. Tetapi
pengaturan nutrisi ini oleh penderita Anorexia menjadi sebuah panduan umum dan
wajib, dan akhirnya menjadi gangguan pola makan serius.
Pandangan orang-orang dalam
kebudayaan barat tentang tubuh ideal pada umumnya sama karena media. Media menyediakan
model tubuh langsing bahkan kurus sebagai, memunculkan citra tubuh indah cuma
didapat kerena penampilan yang kurus. Menurut Orbach (1989), Anorexia dimulai
ketika seseorang mengejar mendapatkan tubuh kurus sesuai dengan apa yang
digambarkan oleh media dan didukung oleh masyarakat. Kelangsingan dan diet
telah mulai muncul hampir sama seperti agama-konsep khususnya dalam kehidupan
perempuan (Freedman, 1986). Kegemukan dianggap sebagai dosa besar. Kekhawatiran
utama tentang histeria kelangsingan ini adalah bahwa gambaran tubuh ideal dan
tekanan untuk menjadi sukses sebagai bagian dari anak muda dan remaja, akan
menyebabkan mereka menjadi Anorectic di tengah gempuran makanan.
Menurut Claude-Pierre
(2000), keinginan untuk menjadi langsing bukan satu-satunya penyebab Anorexia.
Anorexia merupakan penyakit yang lebih rumit. Masalah yang sama sekali berbeda
apakah seseorang adalah diet dalam rangka memenuhi masyarakat harapan pada
kelangsingan atau apakah dia ingin menurunkan berat badan untuk mati.
Salah satu penelitian
dengan melibatkan 11 partisipan di Finlandia ingin mengungkapkan penyebab
Anorexia pada remaja. Dalam penelitian ini para peneliti menggelompokan
penyebab Anorexia menjadi, a.problem dalam keluarga, b.ketidakmampuan
menyelesaikan konflik, c.kehilangan kendali atas kehidupan, d.pemujaan social
terhadap kecantikan ideal, e.pengalaman traumatis.
Masalah keluarga ternyata
memberi efek negatif pada citra diri anak-anak muda yang sedang mencari
identitas diri. Selain itu beberapa faktor social dapat menyebabkan Anorexia
seperti tekanan terus-menerus, pengalaman kekurangan, terus meningkat tuntutan baik dalam kehidupan kerja dan sekolah atau beberapa kejadian traumatis.
Anorexia sebagai suatu
penyakit sebagian mencerminkan penderitaan yang dimiliki individu dalam situasi
konflik tuntutan masyarakat yang semakin meningkat dan harapan: ketika hanya
normal, Anda tidak lain hanyalah hanya melalui over-performing Anda dapat
mencapai sesuatu dalam hidup Anda. Anorexia muncul sebagai akibat dari tekanan
social dan perasaan yang buruk. Sebagian besar perasaan ini terkait dengan
obsesi untuk menurunkan berat badan dan ketakutan terbesar bertambah berat
badan.
2. “The Psychological Characteristics and Health Related
Behavior of dolescents: The Possible Roles of Social Physique Anxiety and
Gender“
(2)
Social physique anxiety atau gejala fisik
kecemasan sosial ini penting bagi pembentukan presentasi diri pada remaja.
Kekhawatiran terhadap bentuk fisik menjadi ciri khas pada masa remaja sehingga
sangat rentan pada gangguan citra tubuh karena menjadi fokus utama pada masa
ini. Pada masa ini remaja mengalami pembentukan identitas diri, remaja asyik
untuk membentuk tubuh mereka untuk mencapai fisik yang ideal sesuai dengan
perkembangan zaman. Fisik yang kurus dan ideal memberi perubahan pada diet dan
perilaku makan.
Norma sosial dan budaya, diperkuat oleh pesan
media, menempatkan pertanyaan tentang berat badan di antara faktor-faktor yang
menentukan daya tarik penampilan mereka. Perhatian terhadap Self-presentasi terkait
dengan tubuh juga dapat menjadi pemicu utama untuk adopsi dan pemeliharaan
perilaku seperti olahraga, diet, dan merokok, serta pengalaman emosional
termasuk kecemasan dan rendah diri.
Remaja dengan kecemasan
kecemasan fisik sosial yang tinggi sangat mungkin untuk mengatur pola makannya
agar dapat dianggap positif. Kecemasan fisik sosial biasa diidentikan dengan
latihan keras dan rutin, perfeksionisme negatif, dan pengaturan perfeksionisme
sosial yang buruk.
Jurnal ini ingin
memfokuskan pada penelitian bagaimana kecemasan fisik social yang dikonstruksi
oleh media dapat mempengaruhi perilaku remaja khususnya perilaku makan.
Thompson dan Chad (2002) menemukan bahwa kecemasan fisik sosial adalah
prediktor kuat sikap makan pada remaja.
Gambaran tubuh ideal yang disebarkan oleh media saat itu mengikuti
gambaran menurut kebudayaan barat yaitu kurus dan langsing. Hal ini menjadi
salah satu pemicu gangguan pola makan pada remaja.
Setelah dibuat perbandingan
antara remaja yang memiliki kecemasan fisik sosial tinggi dan remaja yang
kecemasan fisik sosialnya rendah, ternyata remaja yang kecemasan fisik
sosialnya tinggi cenderung memiliki citra tubuh yang negative, memiliki
gangguan perilaku makan, dan bersikap sangat perfeksionis. Tingginya kecemasan
fisik soisal mereka mempengaruhi aktivitas fisik mereka yang semakin tinggi
juga. Remaja yang memiliki kekhawatiran tinggi cenderung menganggap diri mereka
tidak berharga, mereka akan meragukan kemampuan mereka untuk membuat orang lain
tertarik karena penampilan mereka yang tidak menarik. Mereka akan terus
memperhatikan tubuh mereka dan mengevaluasi tubuh mereka agar sesuai dengan
konstruksi budaya yang ada di sekitar mereka.
Remaja sering tertekan
tentang penampilan fisik mereka dan berusaha untuk memperbaiki bentuk tubuh dan
ukurannya dengan diet, berpuasa, makan sangat sedikit, atau perilaku negatif
lainnya. Penjelasan lain untuk temuan ini mungkin dilakukan dalam konteks
sosio-budaya teori.
Tekanan sosial seringkali
berawal dari lingkungan eksternal dari media (film, iklan), individu ditekan untuk membentuk citra diri
mereka berdasarkan idealitas masayarakat. Media massa selain menggambarkan
tubuh ideal yaitu tubuh yang langsing dan kurus juga ikut mengkampanyekan diet
secara tidak langsung. Kondisi inilah yang mendorong gangguan makan yang parah
dan perspektif negatif atas tubuh pada remaja. Salah satu gangguan makan yang
paling berbahaya dan umum diderita oleh remaja ini lah yang disebut Anorexia.
3. “Relationship
Between Self-Acceptance on the Physical Condition of the Tendency of Anorexia
Nervosa on Girls Adolescents in SMAN 1 Banjarmasin”(3).
Dalam penelitian ini ditemukan adanya
hubungan negatif antara penerimaan diri dan kasus Anorexia nervosa pada remaja.
Semakin rendah penerimaan diri maka semakin tinggi kemungkinan mengidap
Anorexia.
Masa remaja merupakan masa
transisi dari masa anak-anak dan masa dewasa. Dalam masa transisi ini terjadi
perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosio emosional. Kondisi fisik
merupakan bagian dari konsep remaja yang mulanya merupakan citra tubuh.
Penerimaan diri terhadap
kondisi fisik merupakan kondisi di mana sesorang dapat mencintai dirinya
sendiri dan dapat menerima kondisi fisiknya dalam batas apapun tanpa
mengkritiknya terus menerus. Konsep ini didapat dari hubungan dengan orang
sekitar maupun dari dari media massa. Konsep diri yang buruk akan membuat
remaja sulit menerima keadaaan dirinya dan mengupayakan segala cara untuk
melakukan perubahan. Remaja akan melakukan usaha-usaha untuk mengontrol berat
badan mereka agar bisa mendapatkan tubuh ideal seperti yang mereka inginkan.
Usaha-usaha ini antara lain dengan minum obat pencahar, tidak sarapan, tidak
makan salah satu jenis makanan tertentu, merokok, dan lain-lain.
Menurut salah satu remaja
yang pernah menderita Anorexia di sekolah tersebut mengatakan bahwa dia sendiri
mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran di sekolah. Pihak sekolah tidak
mendata khusus anak-anak yang melakukan diet. Tetapi akan kelihatan sendiri
ketika upacara bendera pada hari Senin di sekolah. Beberapa siswi akan pingsan
karena sengaja tidak sarapan pagi dan anemia. Mereka sengaja tidak sarapan agar
bisa menjadi kurus.
Rendahnya level penerimaan
diri dapat menjadi faktor utama terbentuknya Anorexia dan gangguan perilaku
makan yang lain. Anorexia nervosa dapat
diartikan sebagai aktivitas untuk menguruskan badan dengan melakukan pembatasan makan secara sengaja
melalui control yang ketat. Para penderita Anorexia sadar bahwa mereka lapar
tetapi berusaha menekan rasa lapar tersebut dan tidak memenuhi kebutuhan
makannya. Peresepsi mereka tentang rasa kenyang akan terganggu sehingga setelah
mengkonsumsi makanan meskipun hanya
sedikit sekalipun mereka akan merasa sangat kenyang dan bahkan merasa mual.
Mereka akan melakukan segala upaya untuk berdiet dan menjadi kurus. Anorexia terutama
menimpa remaja perempuan di awal dewasa.
Dari hasil penelitian yang dilakukan ada
beberapa subjek yang memiliki nilai penerimaan diri yang rendah dan nilai
kecenderungan Anorexia nervosa yang tinggi. Jika seorang remaja sering
melakukan diet ekstrim berarti dia sangat berpotensi atau bahakan sudah
mengidap anorexia. Jika aktivitas yang dilakukan
subjek yang mana merujuk pada aktivitas apa saja yang dilakukan oleh penderita
anorexia nervosa pada Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorder IV TR (4th Ed) (American Psychiatric Association,
2000), maka beberapa subjek tersebut bisa dikatakan mengarah atau mengalami
kecenderungan anorexia nervosa.
Ketiga jurnal ini secara
jelas mengungkapkan bahwa konsep tubuh ideal dari media yang menyebabkan citra
buruk negatif pada remaja dapat menjadi faktor utama penyebab Anorexia pada
remaja. Remaja perempuan dapat menjadi penilai sendiri untuk tubuhnya.
Penilaian ini terbentuk dari hubungannya dengan teman-temannya maupun dari
model atau contoh dijadikan pembanding. Remaja sering menjadikan artis atau
model iklan di TV sebagai contoh. Hasil penilaian diri ini yang menentukan
apakah dia bisa menerima keadaan tubuhnya sendiri. Penerimaan diri yang
negative dapat menjadi mendorong perilaku Anorexia pada remaja.
Jurnal terakhir ini memang
khusus saya ambil sebagai salah satu jurnal utama. Memang jurnal ini berskala
kecil karena hanya memfokuskan di salah satu tempat yaitu di SMAN 1 Banjarmasin
tetapi saya pikir sudah cukup untuk mewakilkan keadaan sebenarnya yang terjadi
di Indonesia. Bahwa remaja wanita di Indonesia pun rentan mengalami Anorexia
karena tidak bisa menerima dirinya. Tentu saja penerimaan diri ini dipengaruhi
oleh konsepsi tubuh ideal bentukan media seiring dengan masuknya kebudayaan
barat di Indonesia. Kebudayaan yang masuk ini termasuk di antaranya tentang
bagaimana perspektif cantik yaitu langsing dan kurus dari kebudayaan barat.
Penutup
Konsep tubuh ideal sebagai penyebab Anorexia merupakan kadang
kala tidak disadari dan bahkan masyarakat terkesan setuju dengan konsep tubuh
ideal yang dibuat oleh media ini. Tanpa menyadari bahwa remaja sangat rentan
menjadi Anorectic karena konsep tubuh ideal yang salah ini. Salah satu public
figure Holiwood yang pernah menderita Anorexia adalah Lady Gaga yang setelah
sembuh menyuarakan perang melawan Anorexia dan Bulimia. Pevita Pierce, salah
satu artis remaja di Indonesia yang cukup terkenal pun mengakui bahwa dirinya
pernah mengalami Anorexia ketika berusia 15tahun.
Citra
tubuh yang positif dapat menjadikan seseorang lebih percaya diri dan dapat menerima
diri apa adanya. Citra diri yang negative akan membuat setiap sesorang berusaha
mengubah dirinya sendiri. Salah satu yang membentuk citra diri adalah keadaan
social masyarakat. Konsepsi tubuh yang berlebihan dari media akan mempengaruhi
bagaimana sesorang memaknai tubuhnya. Remaja adalah komunitas yang paling
rentan akan hal ini karena sedang dalam proses transisi menuju kedewasaan dan
mencari jati diri. Citra tubuh yang negative dapat mengakibatkan Anorexia.
Padahal Anorexia merupakan penyakit yang sangat berbahaya karena dapat
menyebabkan kematian.
Remaja wanita setelah mencapai masa purbetas
akan menyadari ada perubahan dalam tubuh mereka. Mereka wanita biasanya
akan membandingkan diri
mereka dengan model dalam iklan, dalam hal daya tarik fisik
mereka. Bertolak dari apa yang
sering mereka lihat di media massa, akan muncul konsep cantik itu langsing dan
kurus dalam diri mereka. Keinginan untuk memiliki tubuh langsing seperti
artis-artis dan model-model di televisi yang sebagian besar mengalami Anorexia
memebuat mereka melakukan diet gila-gilaan untuk menurunkan berat badan mereka.
Diet dan olahraga ini akhirnya menjadi tak terkontrol. Segala gambaran yang
mereka lihat tentang dirinya adalah gemuk dan jelek meskipun kenyataannya
mereka kekurangan berat badan. Sampai
titik inilah seorang remaja dapat dikatakan mengalami Anorexia. Sayangnya
keluarga jarang menyadari gangguan pola makan putri mereka dan tidak bisa
menolongnya.
Pemerintah tidak dapat
membungkam media, sehingga sangat tidak mungkin melarang media untuk
menampilkan model-model kurus. Butuh kesadaran dari masing-masing pihak untuk
membentuk konsep tubuh dan kecantikan yang benar. Maka yang dibisa dilakukan
adalah menanamkan konsep diri yang positif pada remaja sejak masih anak-anak.
Oleh karena itu dukungan keluarga, teman dan lingkungan sekitar tidak dapat
diabaikan.
Anorexia Nervosa masih bisa disembuhkan
meskipun hanya sedikit kemungkinan nya dan tetap membawa resiko nantinya.
Keluarga harus bisa mengembalikan kepercayaan diri penderita Anorexia. Kerja
sama antara dokter, keluarga dan penderita Anorexia sendiri sangat dibutuhkan
untuk mendukung kesembuhan. Dengan menanamkan konsep diri melalui citra diri
yang positif sejak masih anak-anak dapat mencegah seorang remaja terkena
Anorexia.
RUJUKAN
1. Savukoski
M, Määttä K, Uusiautti S. The Other Side of Well-being - What Makes a Young
Woman Become an Anorectic? International Journal of Psychological Studies.
December 2011;3(2):76–86.
2. Caglar E, Bilgili N,
Karaca A, Ayaz S, Asçi FH. The Psychological Characteristics and Health Related
Behavior of Adolescents: The Possible Roles of Social Physique Anxiety and
Gender. The Spanish Journal of Psychology. 2010;13(2):741–50.
3. Permatasari B.
Relationship Between Self-Acceptance on the Physical Condition of the Tendency
of Anorexia Nervosa on Girls Adolescents in SMAN 1 Banjarmasin). Jurnal
Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental. June 2012;1(2):130–7.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonymous. Bigger is better at “Miss
Fat South Africa” beauty pageant. Jet. 2002;101(22):55–6.
Breckenridge, Vincent.
Child Development: Physical and Psychologic Growth Through Adolescence.
Saunders: 1963
Caglar E,
Bilgili N, Karaca A, Ayaz S, Asçi FH. The Psychological Characteristics and
Health Related Behavior of Adolescents: The Possible Roles of Social Physique
Anxiety and Gender. The Spanish Journal of Psychology. 2010;13(2):741–50.
Cohn L. Eating Disorders:
A Reference Sourcebook. Greenwood Publishing Group; 1999.
Eating Disorders; Studies from
University Medical Center Provide New Data on Anorexia. Food Weekly News
[Internet]. Retrieved from: http://search.proquest.com/docview/1284356299/13C2483D00B7DAB0510/11?accountid=48149
Hannah Jones, et al.
"INTERNALIZATION OF THE THIN IDEAL, WEIGHT AND BODY IMAGE CONCERNS."
Social Behavior & Personality: An International Journal 31.1 (2003): 81.
Jay S. Cardiac Effects of Anorexia
Nervosa: It’s More than Being Too Thin! Journal Watch. Psychiatry [Internet].
October 8, 2003; Retrieved from: http://search.proquest.com/docview/1284330487/13C313C7D9838D122E7/19?accountid=48149
Kartika
Setyorini KS, Wirawanni Y. Hubungan Body Image dan Pengetahuan Gizi dengan
Perilaku Makan Remaja Putri (Studi Kasus di Kelas X dan XI SMAN 4 Semarang)
[Internet]. 2010. Retrieved from: http://eprints.undip.ac.id/24907/
Lady Gaga Pernah Menderita
Bulimia dan Anoreksia [Internet]. KOMPAS.com. Retrieved from: http://entertainment.kompas.com/read/2012/09/26/09095828/Lady.Gaga.Pernah.Menderita.Bulimia.dan.Anoreksia
MD CD, Watkins
JB, Walker WA. Nutrition in Pediatrics: Basic Science, Clinical Applications.
PMPH-USA; 2008.
Navone, Jhon.
Toward a Theology of Beauty. Kanisius; 2006
Permatasari B.
Relationship Between Self-Acceptance on the Physical Condition of the Tendency
of Anorexia Nervosa on Girls Adolescents in SMAN 1 Banjarmasin). Jurnal
Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental. June 2012;1(2):130–7.
Pevita Pearce
[Internet]. Retrieved from: http://pevitapearce.blogdetik.com/
Savukoski M, Määttä K,
Uusiautti S. The Other Side of Well-being - What Makes a Young Woman Become an
Anorectic? International Journal of Psychological Studies. December
2011;3(2):76–86.
Silber TJ,
Lyster-Mensh LC, DuVal J. Anorexia Nervosa: Patient and Family-Centered Care.
Pediatric Nursing. December 2011;37(6):331–3.
Stearns PN.
Fat History: Bodies and Beauty in the Modern West. NYU Press; 2002.
Suleiman SR.
The Female Body in Western Culture: Contemporary Perspective. Harvard
University Press; 1986.
Wentz E,
Gillberg IC, Anckarsäter H, Gillberg C, Råstam M. Somatic problems and
self-injurious behaviour 18 years after teenage-onset anorexia nervosa.
European Child & Adolescent Psychiatry. August 2012;21(8):421–32.
Saya senang kamu ngeblog dan mengembangkan kemampuan menulismu. Itu baik. Maju terus ya.
BalasHapushehehhe,, iya pak :)
BalasHapusmakasih ya..semangat :D